Monday, 11 August 2008 | |
Membidik masyarakat perkotaan, Airplane menganut street fashion. Terbukti produknya sudah merajalela di 94 kota dan 10 negara manca. Russanti Lubis Bicara tentang clothing di Bandung, tak dapat dilepaskan dari Airplane Systm yang telah “melemparkan” produknya ke berbagai distro di 94 kota kabupaten di seluruh Indonesia dan 10 negara (Singapura, Malaysia, Brunei, Thailand, Australia, New Zealand, Amerika Serikat, Helsinski, dan Hongaria, serta Belanda), dengan sistem beli putus. Sekadar informasi, clothing yaitu produsen sekaligus pemasok aneka busana dan aksesorinya ke berbagai distro (distribution store), baik dengan sistem titip jual maupun jual putus. Nah, untuk menembus pasar-pasar tersebut, Fiki melanjutkan, resepnya yaitu semangat independen (baca: sistem gerilya, red.), yang menjadi ruh perjalanan Airplane. “Khusus untuk pasar luar negeri, Airplane menggunakan internet marketing dan memanfaatkan para pelajar Indonesia yang sedang menimba ilmu di luar negeri sambil berbisnis,” ungkapnya. Sedangkan untuk produknya, pertama, harus eksklusif dan unik. Untuk itu, produk harus diproduksi dalam jumlah terbatas. “Airplane memiliki sekitar 600 artikel atau desain untuk setiap season-nya. Semua artikel tersebut tidak diluncurkan secara bersamaan, tapi dibagi ke dalam empat bulan. Untuk setiap artikel hanya diproduksi 150–200 pieces, kecuali saat lebaran, misalnya, yang jumlah produksinya bisa berkembang hingga empat kali lipat, mengingat ini hanya penjualan sekali setahun,” ujarnya. Kedua, setiap tahun selalu menyediakan model baru sesuai dengan season-nya. “Tapi, pada praktiknya, setiap saat Airplane melakukan update. Dalam hal ini, Airplane memiliki tim research and development yang selalu memantau keinginan pasar melalui kuesioner yang disebarkan, di samping data-data di toko. Hasilnya akan menjadi patokan untuk membuat desain baru, sehingga meski season-nya belum berakhir, Airplane sudah meng-update produk-produknya,” jelasnya. Sekadar informasi, Airplane yang menyebut konsep produknya street fashion yang dipengaruhi musik, desainer, dan budaya urban, pada season I di 2008 ini, meluncurkan tema “Seduce You Gxxd” di mana Airplane men-support perkembangan musik indie di Indonesia, dengan membuat program Marching with The Insurgent Army. Untuk pemasarannya, clothing dengan 51 karyawan ini menggunakan sistem jemput bola. Maksudnya, Airplane mendatangi para konsumennya dengan menggunakan bus bekas bermerek HINO, yang telah diubah karoserinya. Distro berjalan yang mulai beroperasi awal Agustus 2006 ini, diberi nama Vicee-Airbus One (VAB-1). Untuk perombakan besar-besaran ini, Airplane mengeluarkan biaya sekitar Rp150 juta. Sekadar informasi,VAB-1 merupakan hasil kerja sama antara Airplane dengan Vicee (salah satu merek vitamin C, red.). Dalam operasionalisasinya, sehari-hari (kecuali hari libur, red.), VAB-1 yang digawangi empat orang dari Sales Department dan Promotion Department Airplane Systm ini, minimal mendatangi dua tempat yaitu SMP, SMU, atau kampus pada jam 11.00–jam 15.00 dan tempat-tempat gaul anak muda Kota Kembang pada jam 16.00–jam 20.00. Sedangkan pada event khusus, VAB-1 menjelajahi Jakarta, Serang, Palembang, Makassar dan kota-kota lain. Khusus untuk operasionalisasi di Bandung dan sekitarnya, biaya sepenuhnya ditanggung sponsor. Untuk kendala-kendala yang kemungkinan muncul, seperti konsumen yang tidak membawa cukup Menengok ke belakang. Airplane muncul pada 1997 dan berdiri resmi pada 1998 sebagai distro. Karena, belum mampu mengisi tokonya dengan produk sendiri. Lantas, seiring dengan bertambahnya pemasukan, modal awal yang semula cuma Rp300 ribu ditambah dan Airplane pun memutuskan beralih menjadi clothing. “Dibandingkan sebagai distro yang tinggal ngambil barang dengan sistem konsinyasi, clothing memang berisiko lebih gede dan harus memiliki modal banyak. Sebab, harus juga mengeluarkan biaya produksi. Meski begitu, pemasukannya tak kalah besarnya,” katanya. Kemudian, pada 2001, Airplane membuka toko sendiri di Jalan Aceh, Bandung, dengan modal kurang dari Rp10 juta. Di toko seluas 70 m² (kini, 150 m², red.) yang didesain dengan dominasi warna yang Airplane banget yaitu merah, hitam, dan putih ini, dijajakan kaus, jaket, celana panjang, aksesori, sepatu, celana boxer, dan sebagainya, dengan kisaran harga Rp55 ribu–Rp325 ribu. “Selain menjual produksi sendiri, kami juga menerima merek lain berupa merchandise band, sekadar untuk mendukung kiprah anak-anak band lokal,” ucap Fiki yang 60%–75% pengunjung tokonya/hari dipastikan membeli. Kini, clothing yang mempersonifikasikan produknya seperti pesawat terbang ini, fokus pada bisnis ritel dan wholesale fashion industry, tidak mau lagi terjebak dalam embel-embel independen dan lokal, kecuali sekadar sebagai penyemangat. Ke depannya juga berencana go international. “Sekarang Airplane sedang melakukan persiapan go international dengan menetapkan standar kualitas produk, legal aspect, dan jaringan usaha di luar negeri (partnership). Sedangkan untuk Airbus unit kecil sedang dalam finishing desain dan negosiasi dengan perusahaan partner (sponsor),” pungkasnya. |
Sunday, January 18, 2009
airplane
irplane Membubung dengan Street Fashion
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment